Katalisator Asnawi dan Kritisisme STY di Timnas Indonesia

Jakarta, PaFI Indonesia — Asnawi Mangkualam Bahar membantah Shin Tae Yong bahwa saat ini dalam kondisi cedera sehingga tidak bisa membela Timnas Indonesia.
Pada daftar 27 pemain Indonesia untuk melawan Jepang dan Arab Saudi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026, tak ada nama Asnawi. Ini kali pertama Asnawi tak dipanggil sejak 2021.

Keputusan ini jadi tanda tanya, sebab Asnawi masih tercatat sebagai kapten utama Timnas Indonesia. Pemain asal Makassar ini juga tampil 45 menit dalam laga terakhir Port FC di Thailand.

Argumen Shin Tae Yong bahwa Asnawi cedera hamstring, otomatis terbantah. Pernyataan ini sekaligus membuka fakta bahwa ada sumber informasi tidak valid yang diberikan ke Shin.

Sejatinya bukan kali ini saja Shin salah informasi. Sebelumnya beberapa kali Shin memanggil pemain yang sedang cedera. Ini membuat Shin terpaksa memanggil pemain tambahan.

Namun, perihal seperti ini sudah jarang terjadi. Utamanya di fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, tak pernah lagi Shin salah memanggil pemain karena kesalahan identifikasi.

Terlepas dari sumber informasi tak akurat yang diberikan ke Shin, apakah absennya Asnawi akan jadi titik lemah Indonesia? Untuk saat ini posisi Asnawi di Timnas Indonesia terbilang kritis.

Ia hanya menjadi pemain pengganti saat melawan Arab Saudi pada September 2024 dan baru dimainkan lagi saat kalah dari China pada Oktober 2024. Performa Asnawi di laga terakhir mengecewakan.

Asnawi beberapa kali tampil individualis. Umpan dan tusukan tajamnya di sisi kanan juga kurang garang. Aksi ini menjadi sorotan. Namun, ini tak bisa jadi sarana penghakiman buta.

Asnawi tentu saja layak dievaluasi atas kinerjanya itu. Mencoretnya dari Timnas atas dasar laga melawan China, juga hak Shin prerogatif Shin sebagai orang nomor satu Timnas Indonesia.

Shin kiranya perlu menjelaskan alasan pasti mengapa Asnawi tak dipanggil. Jika memang karena kalah kualitas dan tak sesuai kebutuhan lagi, itu lebih baik ketimbang memberi alasan palsu.

Bagi Asnawi, ini bisa menjadi katalisator. Inilah saat yang tepat untuk menunjukkan perubahan fundamental dari banyak hal dalam sisi keatletan sebagai kapten Timnas Indonesia.

Dalam pertandingan terakhir Timnas Indonesia, melawan China pada 20 Oktober 2024, ada pola permainan yang tidak biasa dilakukan pemain.
Selain Asnawi Mangkualam yang agak individualis, Mess Hilgers juga tampil sembarangan. Ia bergerak layaknya gasing yang berlari ke sana ke mari dengan sesuka hati.

Jika Hilgers seorang gelandang, itu agak bisa dimaklumi. Namun, sebagai bek tengah dalam formasi tiga serangkai, aksi pemain FC Twente ini menimbulkan sedikit tanda tanya.

Apakah Hilgers memang dikonstruksi Shin sebagai pemain free role yang bebas bergerak ke mana saja? Sepertinya tidak. Itu mengapa Hilgers hanya main 45 menit di laga itu.

Alasan Shin saat ditanya mengapa Hilgers main setengah babak, karena cedera. Hanya saja Hilgers langsung main bersama klub sepulang dari membela Indonesia.

Keputusan Shin tak memasukkan Eliano Reijnders dalam susunan pemain pun menimbulkan keresahan. Pemain yang baru dinaturalisasi ini selayaknya diberi kesempatan adaptasi.

Memang, debut Eliano tak impresif. Masuk menggantikan Sandy Walsh saat melawan Bahrain, adik kandung Tijjani Reijnders ini kurang responsif saat bertahan dan menyerang.

Dan, Eliano kembali dipanggil ke Timnas untuk melawan Jepang dan Arab Saudi. Kiranya ini kesempatan kedua. Apakah Eliano bisa membuktikan ia layak jadi pilihan utama di GBK?

Persoalannya, menghadapi Jepang yang solid permainannya, kurang pas jika Shin coba-coba strategi. Risikonya bisa dipermalukan Samurai Blue dan kans lolos langsung ke Piala Dunia habis.

Shin niscaya sudah punya analisis akan kekuatan Jepang. Bagaimana mengantisipasi serangan lawan dan strategi macam apa yang digunakan untuk membobol gawang Jepang.

Suporter percaya tangan dingin Shin masih bertuah. Namun, yang saat ini perlu dijaga dan ditingkatkan Shin kiranya menjaga chemistry antarpemain di dalam Timnas Indonesia.

Ini fase krisis bagi Shin. Ia selayaknya kritis menyikapi masalah, tetapi bisa tragis jika salah langkah. Kritisisme Shin akan menjadi kunci bagaimana situasi sumuk ini bisa dilewati.